Mungkin, kita sering ngeliat beberapa orang yang ngga senang (ngga ridho) dengan apa yang ia hadapi. Atau bahkan kita sendiri yang ngalamin yang begitu. Saat kita udah milih sesuatu perkara, tapi tiba-tiba down gara-gara ngga rela ngelepasinnya. Memang, sering kita cuman memakai ilmunya kita sendiri, bukan punya Allah. Kadang kita ngerasa aneh saat ada seseorang (Muslim khususnya) yang ketimpaan perkara yang seharusnya dia bersedih, tapi dia malah happy-happy / smile-smile kayak biasa. Ya, dia udah nerapin ilmu Allah. Lapang jiwanya saat menerima takdir dari Allah. Karena semua yang udah digariskannya, pasti ada hikmahnya. Kebahagiaan selalu menyelimuti orang-orang yang ridho akan ketentuan-Nya.
Ilustrasi kecilnya ni ye, ada 1 pasangan (hasil pacaran) pengen putus. Si cowok kaget ngeliat tampilan pacarnya yang bener-bener berubah. Yang awalnya baju kayak kain kaos, jilbab paris, & celana jeans, tau-tau datang udah pakai gamis ber-khimar longgar, bercadar pula & ditemenin sama kawannya yang berpenampilan serupa janjian datang untuk minta putus / "halal"in dia secepatnya. Tak lupa dia ceramahin cowoknya itu. Boro-boro mau nikahin, nampaknya si cowok udah "ngeri" sama dia. Memang berat untuk ngelepasin dia karena hati udah terikat kuat. Takut kesepian, kedinginan, kegalauan, keprihatinan, ke-ke-ke apalah. Dan pada akhirnya dia pakai ilmunya Allah yang dia dapat dari ceramahnya akhawat tadi, dia ikhlas putus dengannya, ridho karena-Nya. Agar hubungan terlarang ini bisa sirna lahir dan batin. Dan cowok tadi berazam akan hijrah dari kejahiliyahannya sekarang ini.
Contoh lain lagi, saat kebakaran di RT. 999, ada si X nangis ngga rela liat rumahnya terbakar habis. Namun tangisannya ia hentikan saat ngeliat si Y (tetangganya) cuman diem seakan ngga terjadi apa-apa.
"Pak, barang bapak habis terbakar semua itu lo pak. Bapak ngga ada rasa menyesal gitu semua barang terbakar habis gitu?" Tanya X.
"Alhamdulillah, ngga ada pak. Tragedi kebakaran ini adalah ujian dari Allah. Udah tertulis di Lauh Mahfudz. Tergantung gimana cara menyikapi ujian dari-Nya, semua pasti ada hikmahnya. Toh, yang terbakar secara hakiki bukan milik kita, tapi milik Allah. Semua akan kembali kepada-Nya." Jawab Y.
"Terus, nanti gimana bapak bisa menyambung hidup bapak kalo di dunia ini barang bapak ngga ada?" Tanya X lagi.
"Terus, nanti gimana bapak bisa menyambung hidup bapak kalo di dunia ini barang bapak ngga ada?" Tanya X lagi.
"Semua itu udah Allah yang ngatur. Toh, ntar kalo kebakaran udah usai, ada posko dibuka dan orang-orang bakal ngasih apa aja ke korban. Biarlah di dunia ini barang kita yang habis dibakar. Allah bakal ganti. Kalo di akhirat nanti pahala kita dibakar dan dibuang ke Neraka Jahannam karena ngga taat akan perintah & larangannya, siapa coba yang mau bantu?" Balas Y. Seketika X nge-jleb.
Well, guys. Dari ‘Abbas bin ‘Abdil Muththalib radhiyallahu ‘anhu, bahwa dia telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
((ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً)
“Akan merasakan kelezatan / kemanisan iman, orang yang ridha kepada Allah sebagai Rabbnya dan Islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad sebagai rasulnya” (HR. Muslim (no. 34)).
“Orang yang tidak menghendaki selain (ridha) Allah Ta’ala, dan tidak menempuh selain jalan agama Islam, serta tidak melakukan ibadah kecuali dengan apa yang sesuai dengan syariat (yang dibawa oleh) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak diragukan lagi bahwa siapa saja yang memiliki sifat ini, maka niscaya kemanisan iman akan masuk ke dalam hatinya sehingga dia bisa merasakan kemanisan dan kelezatan iman tersebut (secara nyata)"
Nah. Sifat beginilah yang seharusnya dimiliki setiap umat Muslim, dan termasuk tanda / ciri-ciri seorang Muslim. Para sahabat Rasulullah, generasi terbaik umat ini pun punya sifat yang mulia ini. Yang semua itu mereka capai dengan taufik dari Allah Ta’ala, kemudian karena ketekunan dan semangat mereka dalam menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana dalam firman-Nya,
{وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْأِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ}
“Tetapi Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan perbuatan maksiat. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” (QS al-Hujuraat:7).
Bila nasi udah menjadi bubur, hati harus ridho sambil kita ambil ayam yang disuir-suir, daun sop, tomat, kasih kuah, jadilah bubur ayam.
Bila makanan telah basi, hati juga harus ridho sambil panggil kucing di sekitar rumah, taruh di suatu tempat, buat menampung makanannya.
Biarlah kita merasa lapar, kucingnya merasa kenyang. Ikhlas karena-Nya itu memang tiada duanya, Allah bakal balas apa yang kita telah perbuat.
Bila nasi udah menjadi bubur, hati harus ridho sambil kita ambil ayam yang disuir-suir, daun sop, tomat, kasih kuah, jadilah bubur ayam.
Bila makanan telah basi, hati juga harus ridho sambil panggil kucing di sekitar rumah, taruh di suatu tempat, buat menampung makanannya.
Biarlah kita merasa lapar, kucingnya merasa kenyang. Ikhlas karena-Nya itu memang tiada duanya, Allah bakal balas apa yang kita telah perbuat.
Di akhir artikel ini, jangan lupa doain ya, semoga saudara Muslim kita di Palestina, Suriah, Mesir, Turki, dan di negara lain yang sedang tertindas, bisa kuat menegakkan kalimat Allah, dan senantiasa selalu dalam lindungan Allah. Kita doain juga saudara Muslim Rohingya kita, dan juga negara kita ini, Indonesia. Semoga Allah menguatkan aqidah kita dan mereka (Muslim Rohingya, dan seluruh umat Muslim di dunia) dan selalu dalam lindungan Allah pula. Aamiin.
LINE: wahyu.km_
FB: Wahyu Kharisma M
Twitter: @WahyuKharisma_M
Komentar