Jurnal Liar-ku: Sedikit Cerita tentang Hujan

Kawan, izinkan ana bercerita sedikit tentang hujan. Tapi sebelumnya kita sambil review sedikit dalil-dalil tentang hujan dulu ya, biar pada semangat bacanya.

“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat).” (QS. Al-Furqoon, 25:48-50)

Sejatinya, kita sebagai manusia harus bangga akan hadirnya hujan. Karena hujan itu salah satu rahmat dari Allah untuk bumi dan seisinya. Pernah kebayang ngga kalo hujan ngga datang kemari selama bertahun-tahun? Kan ngeri itu. Maka, yuk! Kita syukuri dan bersenang-senang akan datangnya hujan, sekaligus main-main air hujan biar makin senang. Minimal dengan mengucapkan do’a saat turunnya hujan. Tau kan do’anya? Pastinya tau lah. Waktu SD udah pernah dipelajari kok.

Ana, salah satu individu yang senang banget akan hadirnya hujan. Karena saking senangnya, ana sering ketawa-ketawa sendiri saat mencoba / sedang menerobos hujan. Dengan jas hujan atau sejenisnya, maupun langsung main ngebut aja. Entah orang-orang mau bilang apa tentang kelakuan “kekanak-kanakkan” ana yang masih tersimpan hingga sekarang. Iyaa sih, banyak yang memandang + mikirin kalo ana kayak kena kejiwaan (phisyco), gila, atau apa lah. Dan, sampai sekarang sifat itu masih tersegel di dalam diri ana.

Saat ana umur 1-14 sih, ana sering main hujan. Kadang di halaman rumah ana langsung cus aja. Kadang dimarahin sama orang tua juga sih –he he-. Namun, semua itu berubah pada saat ana masuk asrama di SMAN 3 Tenggarong. Suatu SMA yang telah berhasil merubah mainset & mindset ana untuk menjadi orang yang beriman. Kalo ana ngga salah, saat asrama kami masih di “SKB” Tenggarong Seberang, ana sering ngeliat bubuhan ana main bola sambil hujan-hujanan. Badan penuh lumpur dan lain-lain. Lho, ana? Ngga main sih, ngga mau main bola (baca: ngga bisa main bola). Terus berlanjut hingga kami menempati asrama “Official” SMA kami, petualangan masih berlanjut. Kami sering main bola bareng kakak kelas kami, hujan-hujanan. Ana saat itu ikut main bola. Lho, kok? He he, ajaib kan. Hujan-hujanan, pas setengah 6an balik, seketika kamar mandi penuh sesak dengan anak-anak asrama. Pernah di suatu tengah malam, pertama kalinya hujan badai menimpa asrama kami. Yak, hembusan angin yang sangat kencang, sampai-sampai rumput hingga tanaman jagung mbah asrama habis diratakan oleh angin. Kencang banget, sampai anak-anak 1 asrama ngga ada tidur. Saat itu pula, saat ana barengan kakak kelasnya mengeluarkan air yang masuk ke lorong asrama sambil merekam keadaan sekitar dengan handphone, saat kami lagi tenang-tenangnya (no sound), petir berwarna putih tiba-tiba menyambar tanah berjarak sekitar 75 m dari tempat kami. JEGERRR, seketika asrama ribut karena ada 1 kakak kelas ana masuk kedalam asrama dan tampak shock karena melihat langsung dari lorong luar.

Hampir setiap saat hujan di sore hari, ana selalu melihat kawan-kawan ana bermain bola. Ngga peduli petir mau nyambar dekat mereka kek tetap aja mereka main. Beh, nekat banget. Pernah saat ana kelas 2, sepulang sekolah (tepatnya ba’da Jum’at), pernah terjadi hujan badai yang kuatnya serupa dengan yang dulu. Memang, ana udah memprediksinya saat ana melihat mendung yang hitam pekat menyelimuti alam jagat raya seketika, Saat ana lagi main “WarCraft III”, hujan itu tiba. Hembusan anginnya begitu kuat, sampai-sampai ana melihat pohon kecil di balik jendela kamar asrama itu membengkok 90 derajat. Hingga pada saat pintu di beberapa kamar asrama menghantup keras beberapa kali dan suara angin yang begitu keras yang membuat seisi asrama cukup ribut, ana berteriak “Allahu Akbar!” beberapa kali. Sontak, ada kakak kelas yang kaget dengan teriakan takbir ana. Serasa kayak mau kiamat, pikirnya. Ba’da ashar, hujan masih berlanjut, tanpa adanya angin yang berhembus kencang. Saat itu pula anak-anak asrama bermain hujan dengan riang gembira. Ada yang main bola, ada yang menikmati air mancur yang bersumber dari tangga naik asrama ke sekolah sambil guling-guling, ada yang cuci motor, dan ada-ada aja yang dibuat.

Kelas 2 semester 2, sampai kelas 3, saat ana mulai berhijrah, masjid asrama udah 96% jadi, dan ana dinobatkan tanpa ada diskusi dulu dan sepengetahuan ana sebagai pengurus masjid, disini ana merasakan nikmatnya hujan sambil “berjihad.” Seharusnya sih, Rohisnya yang bersatu untuk memakmurkan masjid, tapi yaa begitulah. Karena hati ana udah tersangkut paut pada masjid, mau hujan badai sampai hujan paku pun ana tembusin aja. Ngga peduli akan beceknya jalanan pada saat itu. Pernah suatu ketika waktu dzuhur tiba, saat hujan turun begitu derasnya, ana langsung lari ke masjid sambil hujan-hujanan & langsung adzan. Yaa karena ngga ada speaker, serta derasnya hujan, ngga ada yang ngerespon. Ada sih yang ngerespon, cuman para tukang-tukang proyek yang saat itu ngomong apa lah itu. Ana sih cuek aja, sambil nunggu kalo ada jama’ah datang, dan pada akhirnya ana sholat sendirian. Rutinitas ini selalu ana lakukan saat SMA. Entah udah beberapa kali ana menembusnya, kadang ada kawan, kadang sendirian. Memang sih, susah banget ninggalin. Sampai ada kawan yang rela barengan ana ke masjid hujan-hujanan.

Saat ana menginjak kelas 3 semester 2, ana menulis puisi tentang hujan. Yaa rada-rada hancur sih baitnya, tapi ngga apa-apa lah. Karya sendiri.

Hujan itu Rahmat

Aku memandang panorama alam dibalik jendela
Hujan turun, membasahi sebagian dunia
Gradasi alam sekitar meredup menjadi gelap
Dan masyarakat mulai memamerkan tameng-tamengnya
Yang dikala hari cerah, tak pernah dikerahkan.

Hujan, adalah rahmat
Dan nikmat yang diturunkan oleh Tuhan
Dengan cuma-cuma, tanpa bayar
Tapi, mayoritas masyarakat menistakan nikmat-Nya
Dan menganggap, hujan bagian dari bencana

Hakekatnya, hujan turun untuk makhluk di dunia
Tuk menambah bekal; manusia, binatang, dan tumbuhan
Bersenang-senanglah jika hujan melanda
Tanpa hujan, kemana air mengendap?
Kering kerontang segala permukaan

“Maka nikmat Tuhan yang manakah engkau dustakan?”
31 ayat di Surah Ar-Rahman disebutkan
Menentang nikmat Allah, apa gunanya hidup di dunia
Sekalipun kalian bisa membuat serupa
Sempurnakah, dengan ciptaan Tuhan?

Penyebab banjir di kota
Berasal dari air hujan
Serta tumpukan sampah
Salah siapa?

Puisi ini, ana tulis di selembar kertas binder berwarna hijau, saat hujan turun, setelah makan siang.

Dan, masih banyak lagi cerita serta kenangan yang ana dapatkan tentang kemesraan ana dengan hujan ini. Aaah, entahlah ada berapa banyak.

(Teks ini ditulis pada tanggal 16 Mei 2016, ba’da Isya, sambil menikmati sepiring nasi dan semangkuk mie serta sayur-mayur, seraya menikmati guyuran hujan ke-2 turun ke bumi.)

Di akhir artikel ini, jangan lupa doain ya, semoga saudara Muslim kita di Palestina, Suriah, Mesir, dan di negara lain yang sedang tertindas, bisa kuat menegakkan kalimat Allah, dan senantiasa selalu dalam lindungan Allah. Kita doain juga saudara Muslim Rohingya kita, dan juga negara kita ini, Indonesia. semoga Allah menguatkan aqidah kita dan mereka (Muslim Rohingya) dan selalu dalam lindungan Allah pula. Aamiin.

Oh iya. Yang mau temanan sama ana di medsos, langsung aja ya di:
LINE: wahyu.km_
Feslim: WahyuKM (Wahyu Kharisma Murdani)
InstaGram: wahyukharisma_m

Komentar

Pengen nyari pembahasan seputar agama Islam?

Pengen nyari pembahasan seputar agama Islam?
Di-Yufid aja.

Mohon doakan saudara kita yang sedang mengalami kesulitan

حَدَّثَنِي أَحْمَدُ بْنُ عُمَرَ بْنِ حَفْصٍ الْوَكِيعِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ كَرِيزٍ عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) yang berjauhan, melainkan malaikat akan mendoakannya pula: 'Dan bagimu kebaikan yang sama.' (HR.Muslim : 4912)