Pertama-tama,
ana ingin menyebutkan bahwa postingan ini semata-mata hanyalah rihlah qolbu-ku (catatan hatiku).
Ya.
Kembali ke topik. Mengapa postingan yang ana buat berjudul kayak gini? Karena
hal ini yang ana pikir sedari dulu. Mulai dari masuk kuliah hingga sekarang,
sudah banyak pengalaman ana yang “Unbelivable” terjadi, yang disaat masa-masa
hijrah ana belum ana jumpai. Apa itu? Itu, ialah, “Meninggalkan sholat tepat
waktu”.
Ya,
bagi orang awam sih biasa-biasa aja. Karena mereka ngga fokus ke Allah
(kebanyakan, mungkin ada beberapa yang fokus, tapi ngga semaksimal sebelumnya).
Sistematis bahkan oknum tertentu udah ngga mikirin betapa berharganya waktu
sholat tepat waktu itu. Dan lebih parahnya lagi, disertai dengan iming-iming
keuntungan dunia yang bener-bener dahsyat yang bisa membahagiakan hidup,
sehingga udah banyak yang nunda sholat, bahkan sampai meninggalkannya. Parahnya
lagi, udah banyak yang menganggap kalo sholat tepat waktu itu menghambat
kinerja seseorang untuk menuju kesuksesan. Padahal, rajin sholat tepat waktu
dengan khusyu’ aja pun kita udah merasa bahagia karena Allah tentu sayang
terhadap hamba-Nya yang taat dan akan Allah mudahkan segala urusannya. Mungkin
kawan-kawan ada yang beranggapan kalo sholat itu ngga harus tepat waktu, atau
mungkin ada yang kesusahan sehingga nunda sholat tapi ia yakin bakal sholat
setelah kegiatan. Yaa saran ana sih hati-hati aja. Syaitan ngga ada
henti-hentinya menggoda manusia tuh. Yang awalnya gelisah, tiba-tiba menjadi
santai-santai aja, kayak ngga ada masalah aja ke Allah. Astaghfirullah…
Atau,
bisa jadi hal ini juga teguran dari Allah. Karena sebelumnya / selama ini kita
masih main-main dalam sholat. Ya Allah, ampuni kami yang masih menyia-nyiakan
waktu untuk bersama engkau ini.
Bagi
ana dan kawan-kawan lain yang termasuk pemuda cinta masjid (yang hatinya
terpikat dengan masjid) atau “anak masjid”, ini sangat menyakitkan batin.
Gimana ngga, kami harus mengorbankan waktu sholat kami untuk perkuliahan. Yang
awalnya kami bisa menikmati waktu untuk beribadah kepada-Nya (kayak baca &
ngapalin Qur’an, melingkar (liqo’), dan masih banyak lagi deh), dan sekarang
kami dibuat kewalahan sama problematika ini. Kami sih, yaa berusaha istiqomah
juga ngadepinnya. Tapi apalah daya, karena ini masalah ter-gimanaa gitu, jadi
banyak yang out duluan, termasuk ana.
Kadang
ana merasa kasihan terhadap kawan-kawan muda yang lain. Mereka yang seharusnya
memenuhi waktu mudanya dengan taat ke Allah, tapi malah jatuh dan sengsara
aqidahnya karena menempuh nikmatnya dunia. Kadang ana merasa sedih melihat
mereka yang ingin seperti anak muda yang di negeri Syam, mereka fokus ke Allah
sambil menunggu lesatan peluru dan ledakan bom yang menghampiri mereka. Fokus
ibadah hingga akhir hayatnya. Sedangkan kita disini? Ahh, apalah. Kadang sedih
pula saat mereka menghabisi masa muda mereka dengan bermacam kemaksiatan maupun
keuntungan dunia karena mereka menganggap itulah kebahagiaan sesungguhnya,
padahal hanya dengan taat ke Allah aja pun hati kami sebagai umat Muslim ini
sudah tenang dan bahagia, karena inilah kebahagiaan yang benar-benar
sesungguhnya kebahagiaan. Dan, kadang ana benar-benar sedih pula saat melihat
mereka yang akhirnya insyaf di tengah jalan keduniaan, dan mendapat berbagai
kesulitan saat ingin keluar dan istiqomah. Mudahkan hijrahnya mereka, ya Allah.
Secara
psikologis, jika seorang Muslim terbiasa njalanin sholat tepat waktu, akan
merasakan teduhnya hati, tenangnya hati, dan banyak kelimpahan nikmat yang
tercurahkan dari-Nya. Tapi saat dia meninggalkannya beberapa menit aja, mulai
ada kegelisahan. Dia khawatir Allah ngga akan nerima amalannya, dia khawatir
Allah bakal murka kepadanya. Ibarat kalo ninggalin sholat 1 menit itu kayak
dikasih secuil api hitam (kalo di anime Naruto tuh, kayak Amaterasu-nya Sasuke lh –hehe-). Makin lama ninggalin, makin
nyebar. Kalo dibiarin sampai akhir waktu, seluruh badan penuh dengan api hitam.
Hingga menjelang sholat berikutnya, ia merasa badannya telah hitam lebam,
hangus, seakan penuh dosa. Tangisan pun tak bisa dihindarkan.
Mengapa bisa se-ekstrim itu?
Karena seorang Muslim menyadari bahwa sholat itu ialah seutama-utamanya ibadah.
Di rukun Islam aja terletak di bagian ke-2, setelah dua kalimat syahadat. Sholat
itu “armor”nya seorang Muslim. Semakin cepat (tepat waktu), semakin terjaga.
Semakin telat, ngga maksimal. Karena syaitan udah pada nyoba nerobos dan ada
yang lolos masuk ke dalam hatinya, terganggulah batinnya. Sholat pun tiang
agama. Bayangin aja, kalo orang bikin suatu bangunan tanpa tiang. Jadi gimanaa
gitu. Paling ngga hancur. Dan, seorang Muslim pun menyadari bahwa yang menunda
waktu sholat bahkan meninggalkan sholat, termasuk orang-orang yang merugi, dan
bakal celaka. Kayak di Surah Al-Maa’uun ayat 4 – 5 ini:
فَوَيْلٌ
لِلْمُصَلِّينَ
الَّذِينَ
هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat,”
“(yaitu)
orang-orang yang lalai dari salatnya,”
Allah juga
merintahkan kita-kita ini untuk memelihara waktu sholat, kayak di ayat ini:
حَافِظُوا
عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
“Peliharalah
segala salat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah
(dalam salatmu) dengan khusyuk.” (QS.
Al-Baqarah, 2:238)
Dan kalo nanti
di akhirat, amalan yang dihitung pertama kali dan utama itu ialah sholat. Kayak
sabda Rasulullah ini: “Yang pertama-tama
dipertanyakan (diperhitungkan) terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari
amal perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila shalatnya baik maka dia
beruntung dan sukses dan apabila shalatnya buruk maka dia kecewa dan merugi. (HR. An-Nasaa'i dan Tirmidzi)
Mungkin di antara
kawan-kawan ada yang bilang kalo kita ini masih berumur muda untuk mati. Wah,
kalo pendapat itu salah banget tuh. Kan cuma Allah aja yang tau kapan kita
mati, kayak di postinga ana sebelumnya yang berjudul “Disaat Keranda Mayat Menjemput” episode 1 dan 2 ini. Dan mungkin di antara
kawan-kawan ada yang bilang, “Gimana kalo banyak rintangan saat pengen
istiqomah tepat waktu, dan mustahil untuk menerobosinya?”, dan pertanyaan
sebagainya yang serupa, saran ana sih banyak-banyak do’a dan tobat aja (saran
ana). Kalo ada waktu luang, pakai untuk istikhoroh untuk nentuin enaknya
gimana. Dan, kalo misalnya udah ngga kuat ninggalin sholat, saran kami sih
cuman satu, “hijrah”. Hijrah gimana tuh? Hijrah, ya pindah. Cari tempat yang
seyogyanya cukup kondusif untuk kita fokus ke Allah. Kayak yang dibilangin
murobbi ana saat berkonsultasi, “… kan Rasulullah ngajarin kita untuk
berhijrah, jika di tempat yang kita tempuh udah banyak kebatilan”.
Tapi, kalo niat udah bulat
mau hijrah, resiko kehujanan beban / ujian dunia ditanggung sendiri. Yah,
memang berat hidup di akhir zaman ini. Ingatlah kawan, Allah akan ganti semua
ini dengan yang lebih baik lagi, asalkan kita tetap bersama-Nya. Tetap istiqomahlah,
kawan. Allah Maha Menatap kok.
Di akhir artikel ini, jangan
lupa doain ya, semoga saudara Muslim kita di Palestina, Suriah, Mesir, dan di
negara lain yang sedang tertindas, bisa kuat menegakkan kalimat Allah, dan
senantiasa selalu dalam lindungan Allah. Kita doain juga saudara Muslim
Rohingya kita, dan juga negara kita ini, Indonesia. semoga Allah menguatkan
aqidah kita dan mereka (Muslim Rohingya) dan selalu dalam lindungan Allah pula.
Aamiin.
Oh iya. Yang mau temanan
sama ana di medsos, langsung aja ya di:
LINE: wahyu.km_
FB: Wahyu Kharisma M
Komentar