Pengembangan Model Pembelajaran Transliterasi dengan Menggunakan Metode As-Sahl dalam Pemahaman Huruf Arab pada Pendidikan Keaksaraan Fungsional

Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu bagian dalam meningkatkan kualitas hidup, mengubah pola pikir serta tingkah laku bagi manusia agar bisa tumbuh dan berkembang lebih baik daripada sebelumnya. Salah satu bagian pendidikan yang tidak pernah lepas dari kehidupan kita ialah pendidikan non formal. Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang dilaksanakan di luar lingkungan sekolah. Banyak program pendidikan non formal yang sudah dapat kita temui hingga saat ini di berbagai tempat, tentu program-program ini pula berdiri di dekat tempat kita tinggal. Salah satu program pendidikan non formal yang saya maksud ialah Pendidikan Keaksaraan.

Pendidikan keaksaraan adalah salah satu bentuk layanan pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah bagi warga masyarakat yang belum dapat membaca, menulis dan berhitung. Program pendidikan keaksaraan merupakan bentuk layanan pendidikan luar sekolah untuk membelajarkan warga masyarakat penyandang buta aksara agar memiliki kemampuan menulis, membaca dan berhitung, mengamati dan menganalisis yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari dengan meman-faatkan potensi yang ada di lingkungan sekitamya, untuk peningkatan mutu dan taraf hidupnya. Salah satu tujuan diadakannya pendidikan keaksaraan ialah untuk memberantas buta aksara, atau bisa disebut juga untuk mendidik warga masyarakat yang belum memiliki kemampuan-kemampuan untuk menulis dan membaca huruf latin, arab, bahasa Indonesia, serta berhitung, mengamati dan menganalisis sebuah masalah yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari dengan memanfaatkan pengetahuan dasar dan potensi yang ada di lingkungan sekitamya, untuk peningkatan mutu dan taraf hidupnya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kasus ini, penulis mengangkat sebuah tujuan untuk memberikan pemahaman dengan baik dalam mempelajari huruf arab yang biasa digunakan oleh Kaum Muslimin untuk membaca Al-Qur’an. Setiap orang dewasa yang sudah lama memeluk Agama Islam sudah seharusnya mendapatkan kewajiban untuk mempelajari cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Melalui pembelajaran huruf arab ini ialah sebuah langkah awal yang harus dibenahi dalam proses mengajarkan pendidikan Al-Qur’an sebagai bentuk dari pendidikan keaksaraan.

Zaman semakin maju, sudah banyak metode-metode pembelajaran yang digunakan untuk mengoptimalkan hal tersebut. Namun ada beberapa metode yang belum digunakan oleh beberapa tutor dan warga belajar yang bisa jadi metode tersebut lebih baik daripada metode yang sudah dikenal di tengah masyarakat. Sebut saja Metode As-Sahl, yang penulis telaah dari metode ini dari segi pemahaman materi sangat cocok bagi pemula (terkhusus kepada orang dewasa) karena mampu menyesuaikan materi pembelajaran dengan menggunakan media yang ada di sekitar kita. Selain itu, metode ini memiliki susunan materi yang rapi dan komunikatif.

Di dalam penerapannya, peneliti menggunakan metode transliterasi sebagai landasan awal di dalam pembelajaran huruf arab karena Metode As-Sahl merupakan hasil perkembangan dari metode transliterasi. Metode transliterasi adalah mengalihkan tulisan (huruf dan angka) dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Dalam metode transliterasi ini, tutor mengarahkan warga belajar untuk mengalihkan dari huruf dan angka Arab ke huruf dan angka latin. Metode ini cukup membantu warga belajar buta huruf latin, tetapi mereka sudah memiliki sedikit kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dengan menggunakan huruf Arab. Konsep utama dalam metode transliterasi adalah menyamakan ucapan bunyi huruf atau aksara Arab dengan aksara latin. Dalam hal ini warga belajar mempelajari kata-kata yang bunyinya hampir sama dan menulisnya dengan huruf Arab.
 
Pembahasan


Penulis tertarik untuk mengembangkan metode Iqro’ dengan metode lain yang menarik bagi orang dewasa guna menambah ketertarikan dan mempermudah warga belajar dalam menempuh pendidikan keaksaraan, terhusus untuk mendalami pemahaman terhadap huruf Arab. Penulis mengembangkannya dengan melalui perpaduan metode Iqro’ dengan Metode Transliterasi.

Sedikit penulis jelaskan mengenai metode transliterasi, ini merupakan metode pembelajaran yang mengalihkan tulisan (huruf dan angka) dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Dalam kasus ini, sebagian warga belajar sudah mengenal huruf latin, namun mereka masih buta aksara terhadap huruf “Arab”, maka dalam metode transliterasi ini adalah mengalihkan dari huruf dan angka latin ke huruf dan angka Arab. Metode ini cukup membantu warga belajar buta huruf Arab, tetapi mereka sudah memiliki sedikit kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dengan menggunakan huruf latin. Konsep utama dalam metode transliterasi adalah menyamakan ucapan bunyi huruf atau aksara latin dengan aksara Arab. Dalam hal ini warga belajar mempelajari kata-kata yang bunyinya hampir sama dan menulisnya dengan huruf Arab.

Dari pemaparan analisa tersebut, maka penulis membawakan metode baru yaitu “Metode As-Sahl.” Metode As-Sahl merupakan suatu metode yang digunakan dalam belajar Al-Qur’an dengan mengasosiakan huruf hijayah dengan simbol seperti simbol angka, simbol huruf abjad dan simbol gambar. Pembelajaran Al-Qur’an dengan Metode As-Sahl dimulai dengan memperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah secara keseluruhan, kemudian menghubungkan huruf hijaiyah berdasarkan ciri-ciri huruf hijaiyah dengan simbol, mengenalkan bentuk-bentuk huruf hijaiyah, tanda baca (harakat), rumus dasar huruf hijaiyah, mengenal bacaan panjang dengan ketukan (harakat), kemudian mempelajari ilmu tajwid, setelah itu baru kemudian diajarkan ke membaca al-qur’an. Sesuai dengan apa yang saya jelaskan sebelumnya, Metode As-Sahl terdiri dari gabungan antara metode Iqro’ dan metode transliterasi.



Gambar 1: Buku Metode As-Sahl

Metode As-Sahl sebagai suatu metode mengajarkan membaca Al-Qur’an memiliki beberapa prinsip. Diantara prinsip-prinsip tersebut adalah:

1. Terstruktur

Prinsip ini lebih terlihat dalam pembahasan metode As-Sahl ini mengenai struktur dalam belajar membaca Al-Qur’an dimulai dengan memperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dan ciri-cirinya, bentuk-bentuk huruf hijaiyah, tanda baca (harakat) dan rumus dasar, bacaan panjang, hukum bacaan dan cara cepat dalam membaca Al-Qur’an.

2. Asosiasi

Prinsip mengasosiasikan huruf-huruf hijaiyah dengan yang ada di sekiling anak maupun orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari. Seperti angka, huruf abjad, gambar, binatang, buah-buahan serta benda-benda. Sehingga hal ini berfungsi untuk memudahkan warga belajar mengenal dan mengingat huruf-huruf hijaiyah.

3. Pengklasifikasian

Dalam Metode As-Sahl untuk mengenalkan huruf hijaiyah dan belajar membaca Al-Qur’an, huruf-huruf yang sama bentuknya di kelompokkan dalam satu kolom dan di hubungkan dengan simbol yang membantu untuk mengingat. Sehingga hal ini dapat memudahkan dalam mengenal bentuk-bentuk huruf hijaiyah dan tanda yang ada pada Al-Qur’an.

4. Latihan dan pengulangan

Dalam metode As-Sahl ini latihan dan pengulangan mengenai setiap bahasan sangat diperlukan, agar melatih ingatan dan mengetahui pemahaman tentang suatu bahasan, misalnya pembahasan mengenai tanda baca (harakat).


A. Konsep Pembelajaran Utama

Penerapan utama Metode As-Sahl dengan mengasosiasikan atau menghubungkan huruf dengan simbol-simbol yang digunakan untuk memudahkan mengingat huruf hijaiyah bisa dilihat pada poin berikut ini:

1. Penerapan Metode As-Sahl dari ciri-ciri huruf hijaiyah

Metode As-Sahl menggunakan penerapan melalui simbol angka, huruf abjad dan gambar yang terdapat di kehidupan sehari-hari anak-anak serta orang dewasa yang sering ditemukan sehingga warga belajar lebih mudah untuk mengenal huruf-huruf hijaiyah.

Contohnya:

a. Melalui simbol angka

Penerapan Metode As-Sahl melalui simbol angka yaitu dengan mengasosiasikan huruf hijaiyah dengan angka. Huruf-huruf hijaiyah seperti Alif itu mirip seperti angka 1, huruf Jim, Ha’ dan Kha seperti huruf angka dua terbalik, huruf ‘Ain dan Ghoin seperti angka tiga terbalik dan huruf Wawu seperti angka sembilan. Berikut contoh huruf hijaiyah yang bersimbol angka:
Nama-nama huruf hijaiyah
Seperti angka satu (1)
Alif
Seperti angka dua terbalik (2)
Jim
Ha’
Kho
Seperti angka tiga terbalik (3)
‘Ain
Ghoin
Seperti angka sembilan (9)
Wawu

b.      Melalui simbol huruf abjad
Penerapan Metode As-Sahl melalui simbol huruf abjad yaitu dengan mengasosiasikan huruf hijaiyah dengan huruf abjad. Huruf-huruf hijaiyah  nya yaitu huruf Tha’ dan Zha seperti huruf b, huruf Dal dan Zal seperti huruf “c” kecil terbalik, huruf Kaf  seperti huruf “L” besar terbalik dan ada huruf “s” kecilnya, huruf Hamzah seprti huruf “s” kecil. Berikut salah satu contoh huruf hijaiyah yang bersimbol huruf abjad:
Nama-nama huruf hijaiyah
Seperti huruf b kecil (b)
Tha’
Zha
Seperti huruf c terbalik (c)
Dal
Dzal
Seperti huruf terbalik (L) dan ada hurus s kecil (s)
Kaf
Seperti huruf s kecil (s)
Hamzah

c.       Melalui simbol gambar
Penerapan Metode As-Sahl melalui simbol gambar yaitu dengan mengasosiasikan huruf hijaiyah dengan gambar yang menyerupai bentuk huruf hijaiyah tersebut. Huruf-huruf hijaiyahnya yaitu huruf Ba’, Ta’, Tsa’ dan Nun seperti gambar mangkok bakso ditambah dengan pentolah baksonya sesuai dengan titik dari huruf tersebut, huruf Ra’dan Zai seperti gambar pisang ambon, huruf Sin dan Syin seperti gambar gigi kelinci, huruf Shad dan Dhad seperti gambar perosotan, huruf Fa’ dan Qaf seperti gambar speed boat, huruf Lam seperti gambar kali/mata pancing, huruf Mim seperti gambar tauge/kecambah, huruf Ha seperti gambar siput dan huruf Ya seperti gambar angsa dan dua telurnya.
2.             Penerapan Metode As-Sahl berdasarkan bentuk-bentuk huruf hijaiyah
Bentuk-bentuk huruf hijaiyah dibagi menjadi dua bagian yaitu bentuk pisah dan bentuk sambung yang terdiri dari bentuk (depan, tengah dan belakang). Pada bagian ini lebih di klasifikasikan antara bentuk-bentuk huruf hijaiyah bentuk pisah dan bentuk sambung. Bentuk pisah terdiri dari keutuhan satu huruf hijaiyah, sedangkan bentuk sambung yaitu satu huruf hijaiyah yang dapat di sambung dari depan huruf, tengah dan belakang sehingga huruf tersebut menjadi suatu kata dalam Al-Qur’an.
3.             Penerapan Metode As-Sahl dari tanda baca (harakat)
Dalam memperkenalkan tanda baca (harakat) pada warga belajar dengan cara mengetahui penulisan huruf latinnya (tulisan bahasa indonesia) pada huruf hijaiyah, kemudian diambil hurufnya yang paling depannya bisa satu huruf atau 2 huruf.
Contohnya:
No
Macam-macam tanda baca (harakat)
Rumus
1.
Atas satu (fathah)
A
2.
Atas dua (fathatain)
AN
3.
Bawah satu (kasrah)
I
4.
Bawah dua (kasratain)
IN
5.
Sembilan (dhommah)
U
6.
Enam puluh sembilan (dhommahtain)
UN

4.             Penerapan Metode As-Sahl berdasarkan bacaan panjang
Penerapan metode as-sahl berdasarkan tanda panjang terbagi menjadi dua bagian yaitu bacaan panjang yang dibaca 2 ketukan (harakat) dan bacaan panjang yang dibaca 5-6 ketukan (harakat).
Bacaan panjang yang dibaca 2 ketukan (harakat) terdiri dari  huruf alif yang sebelumnya bertanda baca (berharakat) atas satu (fathah), huruf wawu bertanda baca huruf sukun sebelumnya bertanda baca (berharakat) angka sembilan (dhommah) dan apabila ada huruf ya bertanda baca huruf sukun sebelumnya bertanda baca (berharakat) bawah satu (kasrah), apabila ada huruf hijaiyah bertanda baca seperti angka satu, apabila ada huruf hijaiyah bertanda baca seperti angka enam dan apabila ada huruf hijaiyah bertanda baca atas dua fathatain dengan rumus “AN” terdapat di tempat berhenti (diakhir ayat) al-qur’an maka dibaca dengan menghilangkan huruf “N” pada rumus “AN” dan diganti huruf “A” jadi dibaca panjang dengan bunyi “A”.
Bacaan panjang yang dibaca 5-6 ketukan (harakat) apabila ada huruf ada tanda panjang (mad) seperti bendera yang berkibar atau alis mata (  ̃̃ )  maka dibaca panjang.

B.            Sasaran

Setelah saya jelaskan tentang konsep pembelajaran utama Metode As-Sahl yang saya kembangkan, maka metode tersebut saya berikan untuk orang dewasa yang berkisar antara umur 15 sampai dengan 61 tahun dan belum memiliki kemampuan sama sekali untuk membaca huruf Arab.

C.           Perencanaan

Sebagai langkah awal untuk mempersiapkan kegiatan belajar dan mengajar, maka tutor memiliki kewajiban yang harus dipenuhi agar bisa maksimal dalam mendidik warga belajar yaitu:
·         Membimbing warga belajar dalam proses pembelajaran di kelompok belajar.
·         Menyiapkan sarana dan pra sarana belajar yang diperlukan.
·         Memotivasi warga belajar dan kelangsungan kelompok belajar.
·         Membina jaringan kerja dengan berbagai organisasi, instansi terkait dan tokoh masyarakat.
·         Melaksanakan evaluasi perkem-bangan warga belajar dan kelom pok belajar serta melaporkannya kepada penye lenggara program.
Agar kegiatan belajar dan mengajar mampu berjalan dengan baik dan mudah dikendalikan, maka tutor memiliki hak dalam memaksimalkan kemampuannya dalam mengajar, diantaranya:
·         Memperoleh insentif sesuai dengan ketentuan yang belaku.
·         Mengikuti pelatihan tutor.
·         Mendapat bimbingan/bantuan teknis untuk meningkatkan kompetensi profesionalisme.
·         Menjadi pengurus/anggota pada kegiatan forum tutor pendidikan keaksaraan.
Setelah itu, Metode As-Sahl disusun ke dalam silabus agar materi yang disampaikan bisa tersusun dengan rapi dan berurutan.

DAFTAR PUSTAKA

                                                                                                                                                                     
Samosir, Chairuddin. 2006. Buku Saku Tutor Pendidikan Keaksaraan. Medan: Balai
            Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda
Sujarwo, 2008. Konsep Dasar Pendidikan Keaksaraan Fungsional. Yogyakarta:
            Universitas Negeri Yogyakarta
Ayu, Dinda. 2010. Hakekat dan Metode Pembelajaran Keaksaraan Fugsional.
            https://dindayu.wordpress.com/2010/06/17/hakekat-dan-metode-
            pembelajaran-keaksaraan-fungsional/. Diakses 8 November 2018
Kputri, Lili. 2017. Program Keaksaraan Taman Baca. http://www.lilikputri.blogspot.
            com/2017/04/program-keaksaraan-taman-bacaan.html. Diakses 8 November
            2018
Hartinah Al Mirwan, Atun. 2016. Makalah Keaksaraan Fungsional.
            https://atunhartinah20.blogspot.com/2016/03/makalah-keaksaraan-
            fungsional.html. Diakses 8 November 2018

Komentar

Pengen nyari pembahasan seputar agama Islam?

Pengen nyari pembahasan seputar agama Islam?
Di-Yufid aja.

Mohon doakan saudara kita yang sedang mengalami kesulitan

حَدَّثَنِي أَحْمَدُ بْنُ عُمَرَ بْنِ حَفْصٍ الْوَكِيعِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ كَرِيزٍ عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) yang berjauhan, melainkan malaikat akan mendoakannya pula: 'Dan bagimu kebaikan yang sama.' (HR.Muslim : 4912)