Mewarnai

Walaupun dalam agama ini kita sangat dianjurkan untuk berteman dekat dengan yang shalih ataupun shalihah. Dikarenakan seseorang itu akan mengikuti secara perlahan agama, tabiat dan akhlak dari yang dijadikan kawan dekatnya, namun bukan berarti kita tidak boleh mengenal semua orang.
.
Saya tidak bisa membayangkan jika ada yang memaknainya dengan bersikap ekstrim. Memahami secara ekstrim kaidah: "Burung selalu berkumpul dengan yang sejenis".
.
Bagaimana jika seseorang ditakdirkan hidup ditengah kaum yang buruk? Keluarganya, saudaranya, lingkungannya? Apakah ia akan dianggap seperti orang-orang yang ada di lingkungannya tersebut? Lalu iapun dicap buruk atau sampai harus dijauhi?
.
Lalu apakah ia harus hidup terasing menyendiri seperti ditengah hutan? Lalu mutlak tidak boleh mengenal lingkungannya yang dianggap buruk?
.
Maka sikap yang adil adalah dengan melihat udzur yang ada pada saudara kita. Apa yang menyebabkan dia berada disana. Walaupun tentu sebaik-baik tempat duduk dan berteman baik adalah dengan yang shalih ataupun shalihah.
.
Jika sampai muncul kritikan kepada yang bersikap ekstrim tadi, maka langkah pertama adalah instrospeksi diri. Lalu cobalah memposisikan diri jika ditakdirkan hidup ditengah lingkungan yang buruk. Ini adalah cara evaluasi yang paling mudah dan bukan sibuk menganggap buruk orang lain, tapi mencari sebab ataupun udzur sebelum menjatuhkan vonis buruk kepada orang lain.
.
Saya lebih kagum kepada mereka yang tertatih berusaha untuk hijrah sekalipun masih banyak kekurangan, tetapi seserpih ilmu yang didapat jadi buah amalan. Hati yang keras menjadi lembut, lisan yang kasar menjadi santun. Berusaha mengisi waktunya dengan mengamalkan ilmu yang ia peroleh, tanpa melihat rendah apalagi menghakimi yang lain.
.
Saya lebih kagum dan rindu bergaul dengan mereka, sederhana namun berkah. Tidaklah seseorang iri melainkan dia mengakui bahwa di hatinya, dirinya tidak lebih baik. Jika kita melihat kesungguhan mereka untuk berhijrah dengan cara demikian, seharusnya kita iri.
.
Kenapa? Karena kita tahu di balik dzahirnya kita yang sudah merasa lebih baik, ada dosa bertumpuk. Kita ini tampak baik bukan karena sudah baik, tapi karena buruknya kita Allah beri hijab. Jika ditambah takabbur, maka terhijablah kita dari merasa banyak dosa.
.
Bagi siapapun yang masih bernafsu memburu ilmu, ataupun merasa diri sudah kokoh namun miskin amalan, dan ini ditujukkan paling keras kepada diri saya sendiri; Ilmu itu dituntut untuk diamalkan. Lalu banyaklah bercermin. Ikhlasnya seberapa? Akhlaknya sudah lebih baik dari sebelumnya? Dan seberapa kadar iman dan ketenangan jiwanya?
.
Di sini, bukan berarti saya mengecilkan motivasi untuk terus mencari ilmu. Karena menuntut ilmu adalah kewajiban, tapi ayo kita iringi introspeksi diri dan selalu merenovasi hati. Sebenarnya kita ini "menambah" ilmu untuk apa? Supaya amalan kita benar, dan melakukannya ikhlas karena Allah.
.
Salah satu ciri bermanfaatnya ilmu adalah ketika kita keluar masjid terasa tenang, semakin tawadhu, tidak menyimpan sekam kesumat, yang memusuhi dido'akan, berusaha "merangkul" yang lain, saat kita menatap ke langit, kita ingat tempat kembali, saat kita menatap bumi, kita ingat kelak tempat terbenam didalamnya.
.
Jangan tertipu dengan sensasi menimba ilmu yang tidak kemudian diamalkan. Jangan merasa sudah baik, apalagi merasa diri berdiri diatas kebenaran dan menghakimi yang lain. Tapi di sini mengajak kembali ke fitrah ilmu, bahwa zakat pertama ilmu adalah mengamalkannya.

gsatria

Komentar

Pengen nyari pembahasan seputar agama Islam?

Pengen nyari pembahasan seputar agama Islam?
Di-Yufid aja.

Mohon doakan saudara kita yang sedang mengalami kesulitan

حَدَّثَنِي أَحْمَدُ بْنُ عُمَرَ بْنِ حَفْصٍ الْوَكِيعِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ كَرِيزٍ عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) yang berjauhan, melainkan malaikat akan mendoakannya pula: 'Dan bagimu kebaikan yang sama.' (HR.Muslim : 4912)